Prahara menerpa Bumi Plc. Perusahaan hasil kongsi dua konglomerasi, keluarga Bakrie dan Nathaniel Rothschild, ini membentuk tim independen untuk menyelidiki keganjilan laporan keuangan dalam anak usahanya. Apa yang terjadi?
Bukanlah
hal lazim, suatu perusahaan menggelar rapat direksi pada dini hari.
Namun, para petinggi Bumi Plc. memutuskan melakukan hal itu. Sekitar
pukul
4.00 dini hari, Senin (24/9/2012), di negeri Ratu Elizabeth, mereka menggelar conference call. Maklum, para pengambil keputusan di perusahaan ini tengah berada di beberapa belahan Bumi yang berbeda.
Menurut sumber KONTAN, sekitar delapan pengambil keputusan di Bumi Plc. berpartisipasi dalam conference call tersebut. Selain mereka, hadir pula seorang penasihat hukum.
Apa
masalah yang begitu penting dan mendesak yang memaksa rapat pada dini
hari tersebut? Tak lain, menyangkut keberadaan dokumen yang sampai ke
direksi Bumi Plc. Dokumen yang disebut-sebut berasal dari whistle blower tersebut konon menuding adanya keganjilan laporan keuangan alias financial irregularities di PT Bumi Resources Tbk, anak usaha Bumi Plc di Indonesia.
Samin Tan, Chairman Bumi Plc saat ditemui KONTAN, Jumat pekan lalu (28/9/2012), membenarkan adanya pembahasan tersebut. Ia pun mengaku turut serta dalam conference call tersebut.
Samin menyatakan, pembicaraan tersebut berlangsung singkat. Intinya,
direksi memutuskan untuk mengeluarkan pengumuman bahwa Bumi Plc. akan
membentuk tim investigasi berkaitan dengan tuduhan penyimpangan
pelaporan keuangan yang terjadi di Bumi Resources.
Sayang, Samin Tan tidak bersedia merinci isi pertemuan tersebut. Ia hanya menyatakan, tudingan dari whistle blower tersebut
sebenarnya isu lama yang pernah merebak sekitar setahun silam. Toh,
direksi mengambil keputusan untuk mengeluarkan pengumuman pada pukul
07.00 waktu London tentang pembentukan tim investigasi independen. “Itu
keputusan direksi berdasarkan saran dari lawyer, bukan dari saya saja. Saya justru sempat meminta penundaan waktu agar pembahasannya bisa lebih jelas,” terang Samin.
Dan,
seperti telah banyak diberitakan, hari itu Bumi Plc mengumumkan
rencana pembentukan tim independen berkaitan dengan tuduhan telah
terjadi keganjilan laporan keuangan, terutama di Bumi Resources, di
mana Bumi Plc menguasai 29 persen persen. Bumi juga menyatakan,
investigasi itu berfokus pada sejumlah dana pengembangan (development fund) di Bumi Resources.
Menyusul pengumuman tersebut, di hari yang sama, Ari Hudaya mengundurkan
diri dari jabatannya sebagai Direktur Non Eksekutif Bumi Plc. Rilis
Bumi Plc tidak menyebutkan alasan Ari mundur.
Yang jelas, ekses
kejadian tersebut, Senin (24/9/2012), harga saham Bumi Plc di London
Stock Exchange anjlok 24,66 persen menjadi 147,60 pence dari posisi
akhir pekan sebelumnya di 195,9 pence per saham.
Namun, sebenarnya, harga saham Bumi Plc telah meluncur turun sebelum pengumuman tersebut. Seorang sumber KONTAN yang tak ingin disebut namanya mengatakan, sebenarnya beberapa manajemen Bumi Plc sudah menerima “surat kaleng” dari whistle blower tadi,
sepekan sebelum pengumuman rencana pembentukan tim investigasi. Jadi,
apakah rumor surat kaleng ini telah beredar ke pasar sehingga memicu
kejatuhan saham Bumi Plc? Tidak jelas.
Tudingan penyelewengan dana
Sebenarnya apa yang menjadi bahan bakar sang whistle blower tersebut? Seperti telah disebut sebelumnya, jika merujuk pengumuman Bumi Plc, tak lain adalah pencatatan development fund di Bumi Resources dan development asset di
Berau Coal. Dalam laporan keuangan Bumi Plc tahun 2011 hal 23
disebutkan adanya penghapusan akun senilai 247 juta dollar AS milik Bumi
Resources dan 75 juta dollar AS milik Berau Coal. Penghapusan ini
dilakukan
karena auditor Bumi Plc, Pricewaterhouse Coopers LLP tidak bisa membuktikan aset dasar (underlying asset) dari sejumlah dana tersebut.
Sementara James Kallman, Managing Partner Mazars Indonesia yang menjadi auditor Bumi Resources, kepada Reuters mengatakan bahwa Bumi Resources telah mengungkapkan data yang benar.
Sekarang
mari kita tengok sebentar laporan keuangan Bumi Resources dan Berau
Coal tahun 2011. Dalam laporan keuangan Bumi Resources tahun 2009,
2011, dan semester I 2012, disebutkan dana yang jumlahnya persis sama
seperti yang dipermasalahkan Bumi Plc, yakni 247 juta dollar AS.
Dalam
laporan keuangannya, Bumi Resources tercatat menjual 20 persen saham
anak usahanya yang bernama Gallo Oil Ltd kepada Florenceville Financial
Ltd (Florenceville) 28 Desember 2009 silam. Gallo Oil adalah pemilik
dua konsesi ladang minyak dan gas di Yaman. Nilai penjualan sebesar
290 juta dollar AS.
Bumi mengklaim nilai investasi mereka atas 20
persen saham Gallo Oil adalah 247 juta dollar AS. Bumi pun mencatatkan
selisih keuntungan transaksi itu sebagai laba penjualan investasi.
Namun, transaksi tersebut batal pada 21 April 2011 karena Florenceville
belum juga berhasil memperoleh pendanaan untuk akuisisi tersebut. Bumi
Resources pun kembali menjadi pemilik 99,99 persen Gallo Oil dan laba
penjualan investasi pun terpaksa mereka hapus.
Adapun perihal
Berau Coal, dalam laporan keuangan tahun 2011 disebutkan, dana 75 juta
dollar AS itu mereka gunakan pada 26 Januari 2010 untuk membeli premium
convertible unsecured loan notes (surat utang) dari Chateau.
Berau Coal tidak mendapat bunga atas pembelian surat utang itu.
Belakangan surat utang itu dikonversi menjadi kepemilikan saham di
Chateau Asset Management SPC, sebuah perusahaan di kepulauan Cayman
untuk dan atas nama ASEAN Mining Development Segregated Portfolio.
ASEAN
Mining Development Segregated Portfolio, seperti dalam penjelasan
laporan keuangan Berau Coal 2011, adalah sebuah dana investasi dengan
target akuisisi pertambangan batubara dan aset yang berkaitan dengan
batubara. Termasuk juga, teknologi ramah lingkungan dengan aplikasi
komersial pada pertambangan di ASEAN.
Pada 30 September 2011,
Berau menetapkan bahwa nilai wajar dari transaksinya itu menurun
menjadi 55 juta dollar AS. Selisih kerugian itu kemudian mereka
catatkan sebagai rugi penurunan nilai.
Hingga berita ini
diturunkan, tidak ada penjelasan lagi dari pihak Bumi Plc mengenai apa
sebenarnya yang terjadi. Amir Sambodo, Direktur Non Eksekutif Bumi Plc
yang coba dihubungi KONTAN, mengaku tidak punya kewenangan
untuk berbicara. Sementara Sony Harsono, Direktur Non Eksekutif Bumi
Plc yang juga disambangi KONTAN di kantornya mengelak untuk dimintai konfirmasi. Asal tahu saja, kedua orang non executive director ini membawahi komite audit Bumi Plc.
Sementara Ari Hudaya yang dihubungi KONTAN menolak berkomentar. Ia pun enggan menjelaskan alasannya mundur dari posisi direktur non eksekutif Bumi Plc.
Siapa bermain api?
Lantas,
siapa yang bermain api dalam kasus Bumi Plc ini? Bumi Resources punya
versi mereka sendiri. “Situasi saat ini tidak menguntungkan dan
merupakan isu internal antara beberapa pemegang saham yang memutuskan
untuk membukanya keluar,” ujar Dileep Srivastava, Direktur Bumi
Resources, kepada Bloomberg.
Lebih jauh, Dileep
menuding, kejadian ini merupakan upaya untuk merusak nilai yang melekat
pada bisnis Bumi Resources dengan cara menciptakan persoalan internal
dan membocorkannya kepada publik. Sayang, Dileep tidak menyebut jelas
siapa pihak yang dia maksud dan motifnya.
Namun, jika menengok
setahun ke belakang, bisa jadi ini adalah konflik antara kubu Bakrie
dan Nathaniel Rothschild. Merujuk pemberitaan Financial Times, pada
November 2011, Nathaniel Rothschild, pemilik 11 persen saham Bumi Plc
sekaligus mitra kongsian Grup Bakrie, sempat menulis surat kepada Ari
Hudaya. Isinya kurang lebih mempertanyakan penempatan dana investasi
Bumi Resources di sejumlah pihak yang terafiliasi, yakni Recapital,
Bukit Mutiara, dan Chateau, senilai kurang lebih 867 juta dollar AS.
Rothschild menginginkan
agar dana itu dicairkan untuk membayar sejumlah kewajiban Bumi
Resources kepada para krediturnya. Tujuannya tentu agar beban bunga
utang Bumi Resources berkurang. Ia juga menginginkan Bumi Resources
melakukan pembenahan keuangan yang radikal.
Tak terdengar kabar
tanggapan dari pihak Bumi. Belakangan, pada Desember 2011, Bakrie justru
menggandeng Samin Tan masuk ke Bumi Plc. Samin Tan, kala itu meminjam
dana 1 miliar dollar AS kepada Standard Chartered dengan bunga 5,6
persen plus LIBOR. Jangka waktu pinjaman adalah selama 5 tahun.
Samin
Tan pun lantas diangkat menjadi Chairman Bumi Plc menggantikan Indra
Bakrie, yang menjadi Co-Chairman. Adapun, Rothschild yang sebelumnya
menjabat Co-Chairman didepak ke posisi direktur non eksekutif. Muncul
spekulasi, Rothschild sakit hati.
Belakangan, muncul spekulasi
bahwa Samin Tan juga marah lantaran investasinya di Bumi Plc yang
semula 1 miliar dollar AS sudah anjlok menjadi 140 jutaan dollar AS
hanya dalam waktu sembilan bulan. “Ia sangat marah pada Bakrie, seperti
Anda marah jika Anda meminjam 1 miliar dollar AS untuk berinvestasi
dan sekarang menjadi kacau,” tulis Reuters mengutip sumbernya.
Namun, kepada KONTAN, Samin
Tan menegaskan, ia tak memiliki niat bertindak usil kepada Grup
Bakrie. “Saya sudah sejak tahun 1997 berkenalan dengan Nirwan Bakrie
dan menjadi teman akrab. Di mana logikanya, saya berbuat demikian?”
ujarnya.
by kompas.com